Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Seksual Remaja Putri di Desa Kalibening, Sukoharjo, Wonosobo
Keywords:
pengetahuan, kesehatan reproduksi, sikap seksual, remajaAbstract
Adolescents with reproductive health knowledge problems are currently very complex, this is shown in the IDHS results that only 35% of female adolescents and 31% of male adolescents know that pregnancy can occur with only one sexual intercourse. The most prominent problem in adolescent reproductive health in Indonesia is the inadequate knowledge of adolescents about reproductive health. Lack of information about reproductive health can have an impact on adolescent sexual attitudes (Indonesian Ministry of Health, 2015). Based on a preliminary study conducted by researchers in Kalibening Village, it was found that in 2020 there were 7 grooms aged less than 25 years and 6 prospective brides aged less than 21 years, while in 2021 grooms There were 9 people who were less than 25 years old and 12 brides who were less than 21 years old, even though according to BkkbN the healthy reproductive age for men was more than 24 years and for women more than 20 years. This is because reproductive age affects reproductive health, especially for women. Apart from that, it was recorded that in 2020 there were 3 prospective brides whose PP test results were positive. To determine the relationship between the level of reproductive health knowledge and the sexual attitudes of young women in Kalibening Village. This study was designed using a cross sectional approach. Cross sectional research is a study to study the dynamics of the correlation between risk factors and effects by means of an observation approach or data collection at one time. The population in this case is all young women in Kalibening Village, Sukoharjo, Wonosobo totaling 313 people. Sampling in this study was 15% of the existing population because the total population exceeded 100 respondents, namely 313 young women. Means 313 X 15% = 46, so the sample used in this study was 46 respondents. The results of the frequency distribution of the level of reproductive health knowledge of female adolescents in Kalibening Village were good, namely 23 respondents (50%) and 23 respondents (50%) sufficient. The results of the distribution of the frequency of sexual attitudes of young women in Kalibening Village were positive or not supportive of deviant sexual attitudes, namely 45 respondents (9.7.8%). Based on the results of the analysis using rank spearman, the results of statistical tests to analyze the relationship between the level of knowledge of reproductive health and sexual attitudes of female adolescents were p value = 0.149> α = 0.05 so it can be concluded that there is no relationship between the level of knowledge of reproductive health and sexual attitude of young women in Kalibening Village. There is no relationship between the level of reproductive health knowledge and the sexual attitudes of young women in Kalibening Village
Abstrak
Remaja dengan masalah pengetahuan kesehatan reproduksi pada saat ini sangat kompleks, hal ini di tunjukan pada hasil SDKI bahwa hanya 35% remaja perempuan dan 31% remaja laki-laki mengetahui kehamilan dapat terjdi dengan hanya sekali berhubungan seksual. Permasalahan yang paling menonjol pada kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah belum memadainya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dapat berdampak pada sikap seksual remaja (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa Kalibening didapatkan pada tahun 2020 calon pengantin laki-laki yang berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 7 orang dan calon pengantin perempuan yang berusia kurang dari 21 tahun sebanyak 6 orang, sedangkan pada tahun 2021 calon pengantin laki-laki yang berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 9 orang dan calon pengantin perempuan yang berusia kurang dari 21 tahun sebanyak 12 orang, padahal usia reproduksi sehat munurut BkkbN untuk laki-laki adalah lebih dari 24 tahun dan untuk perempuan lebih dari 20 tahun. Hal ini dikarenakan usia reproduksi berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi khususnya bagi perempuan selain itu tercatat pada tahun 2020 terdapat 3 calon pengantin perempuan yang hasil PP test-nya positive. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap seksual remaja putri di Desa Kalibening. Penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Populasi dalam hal ini ialah seluruh remaja putri yang di Desa Kalibening, Sukoharjo, Wonosobo sejumlah 313 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 15% dari populasi yang ada karena jumlah populasi melebihi 100 responden yaitu 313 remaja putri. Berarti 313 X 15% = 46, jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 46 responden. Hasil distribusi frekuensi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri di Desa Kalibening baik yaitu sebanyak 23 responden (50%) dan cukup sebanyak 23 responden (50%). Hasil distribusi frekuensi sikap seksual remaja putri di Desa Kalibening positif atau tidak mendukung terhadap sikap seksual yang menyimpang yaitu sebanyak 45 responden (9,7,8%). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rank spearman didapatkan hasil uji statistik untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap seksual remaja putri adalah p value = 0,149> α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap seksual remaja putri Di Desa Kalibening. Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap seksual remaja putri di Desa Kalibening.
References
Daftar Pustaka
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S (2015). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. (2021a). Hasil Sensus Penduduk 2020. Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2021b). Hasil Sensus Penduduk 2020. Badan Pusat Statistik.
BKKBN Jawa Tengah. (2021). Gambaran Kesehatan Reprosuksi Remaja. Retrieved from jateng.bkkbn.go.id
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dinkes Kabupaten Wonosobo. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Wonosobo Tahun 2019. Wonosobo: Dinkes Kabupaten Wonosobo.
Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Infodatin Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi.
Machfoedz, I. (2017). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.
Marmi. (2015). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Puslitbang. (2015). Perilaku Beresiko Kesehatan pada Pelajar.
Rahayu, A., Noor, M. S., Yulidasari, F., Rahman, F., & Putri, A. O. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia. Surabaya: Airlangga University Press.
RI, K. K. (2018). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin (Kementeria).
Sarwono. (2012). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S. (2015). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
WHO. (2018). Maternal, Newborn, Child, and Adolescent Health. Retrieved October 14, 2021, from www.who.int