Upaya Meningkatkan Produksi ASI Melalui Pijat Oksitosin
Keywords:
ASI, PijatAbstract
Breast milk is the best baby food in terms of quality and quantity for babies aged 0-6 months. So the World Health Organization (WHO) recommends that every newborn get exclusive breastfeeding for six months. Based on the Performance Report of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, presenting the implementation of the healthy living community movement policy by districts/cities. The percentage of babies less than 6 months receiving exclusive breastfeeding reached 45.14% of the target of 35% or the proportion of performance coverage of 128.97%. The coverage of exclusive breastfeeding for the province of NTT in 2021 is 81.18% and the coverage of exclusive breastfeeding in Belu district is 87.5%. The problems experienced by partners related to 16 babies who were not breastfed at the UPTD Puskesmas Ainiba so that they could affect the health status, growth and development of babies and could be one of the factors influencing the increase in the number of toddlers with stunting. For this reason, action is needed to support breastfeeding again to the 16 babies by providing non-pharmacological therapy, namely oxytocin massage. The methods used in community service activities are lectures, presentation of material using power point media and leaflets as well as simulations of oxytocin massage techniques.
Abstrak
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling baik dari segi kualitas maupun kuantitas bagi bayi yang berumur 0 – 6 bulan. Sehingga oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar setiap bayi baru lahir mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. Berdasarkan Laporan Kinerja Kemenkes Repubik Indonesia, presentase penerapan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat oleh kabupaten/kota. Presentasi bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI Ekslusif tercapai 45,14% dari target 35% atau persentase pencapaian cakupan kinerja sebesar 128,97%. Cakupan ASI Ekslusif untuk provinsi NTT pada tahun 2021 sebesar 81,18% dan cakupan ASI Ekslusif di Kabupaten Belu adalah 87,5%. Permasalah yang dialami oleh mitra yang berkaitan dengan 16 bayi yang tidak mendapat ASI di UPTD Puskesmas Ainiba, sehingga dapat berpengaruh pada status kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi serta dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi bertambahnya angka balita dengan stunting. Untuk itu diperlukan tindakan yang mendukung pemberian ASI kembali bagi 16 bayi tadi dengan memberikan therapy non farmakologi yaitu pijat oksitosin. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat adalah ceramah, memaparkan materi dengan media power point dan leaflet dan simulasi tehnik pijat oksitosin.
References
Dini Radiana Lubis.,dan Legina Anggreini ,(2021). Pijat Oksitosin Langkah Awal Gentle Breastfeeding,ISBN 978-623-6121-44-3.,
Milvan, H., Chrisma, M,N,Sembeiring.,dan M,D,Samural. ( 2019). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum Sectio Caesar di RSU Sembiring Delitua, Jurnal Penelitian Kebidanan dan Kespro,Vol 2 No 1
Mariandini, Y dan Ningrum ,T( 2015 ). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI,
Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778
(elektronik) Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Rahayuningsih, T, Mudigdo dan A.Murti ( 2016). Peran suami dalam mendukung
Pengeluaran ASI dengan Pijat Oxytocin, JURNAL IDAMAN, Vol 1, (1),DESEMBER,2017:1013
DN. Hadianti, dan Rika Resmana, (2017). Pijat Oksitosin dan Frekuensi Menyusui Berhubungan dengan Waktu Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post SC di RS Kota Bandung. JNKI, Vol. 4, No. 3, Tahun 2016, 148-156.
Dewi, Kunati Tungga, ( 2018). Pengaruh Frekuensi Pijat Oksitosin Pada Ibu 10 Hari PertamaPostpartum. Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Di Puskesmas Gribig Kota Malang.
SM. Farida Hanum, Yanik Purwanti, dan I.Rohmah Khumairoh, ( 2015). Efektivitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI. Midwiferia/ Vol. 1 ; No.1/April 2015.